![]() |
Masyarakat Samin Sumber: Tirto.id |
Didampingi oleh beberapa pejabat dan Bupati Bojonegoro Anna
Muawanah, Gubernur perempuan pertama Jawa Timur ini bertemu dengan tokoh adat
Mbah Harjo Kardi, keturunan ke-4 dari legenda Samin Surosentiko alias mbah Suro
/ Raden Kohar yg hidup lahir tahun 1859
dan wafat dalam pengasingan tahun 1914. Tokoh Samin ini dikebumikan di
luar Bojonegoro. Namun ajarannya dilaksanakan secara turun temurun.
![]() |
Gubernur Jawa Timur, Bupati Bojonegoro bersama masyarakat Samin dalam Panen Raya Jagung Sumber : doronline.news |
Begitu kuatnya tatanan adat yg ditanamkan oleh Samin
Surosentiko sehingga masyarakat Samin sangat tangguh dalam menghadapi tekanan
Belanda untuk menolak membayar pajak yang penuh ketidak adilan dan menolak
paksaan untuk menyerahkan semua hasil bumi ke pihak Belanda.
Masyarakat Samin dikenal sebagai salah satu masyarakat adat
di Jawa Timur yang menjunjung tinggi harmoni, moral sosial dan penghormatan
manusia atas atas manusia lain, penjaga keseimbangan sumber sumber daya alam
dan derajat kemanusiaan.
Tatanan adat Samin adalah tatanan sosial yang menjunjung
tinggi keadilan. Beberapa keyakinan berikut amalan atas keyakinan adatnya yg
kuat, membuat penjajah Belanda berang sehingga pihak penjajah sempat menyeret
dan mengasingkan Samin Surosentiko ke Padang Sumatra Barat dan meninggal serta
dikuburkan disana. Kini ada upaya beberapa pihak untuk mengalihkan makan Samin
Surosentiko ke Bojonegoro. Saya dan tim Dewan Riset Daerah bahkan mengusulkan
ke Bupati Anna Muawanah untuk segera membuat Museum Samin Surosentiko agar
generasi penerus kita tetap menjunjung tinggi local wishdom nya.
Hal yang menarik adalah bahwa kita sendiri dan termasuk
pejabat pemerintahan sering alpa akan tugas pelestarian dan penguatan adat yang
berakar dari budaya adi luhung bangsa. Di luar sikap tertutupnya masyarakat
Samin, ditemukan fakta bahwa selama sejarah komunitas yg sangat kental dengan
kearifan lokal itu menyebut Khofifah adalah gubernur pertama yang menyempatkan
waktu untuk tilik desa dan berbaur dengan masyarakatnya dengan intensitas yang
cukup dalam.
Lingkungan adat Samin yang melegenda yang mengajarkan
harmoni dan kuatnya adat tersebut adalah kekayaan budaya dan kekayaan adat yang
menjadi modal penting untuk membangun daerah dan membangun kejayaan negara.
Di tengah pesatnya pembangunan dan hilangnya beberapa
perilaku arif di kalangan masyarakat modern, pejabat negara, pejabat
pemerintahan maupun tokoh politik yang sering ini berbicara kebaikan tapi
perilakunya merongrong wibawa negara, maka diperlukan kembali upaya
menghidupkan keaslian adat istiadat kita dan membangun harmoni kita. Dalam
ranah yang lain bahkan hal ini berguna
untuk menguatkan pemerintahan yg bersih, merakyat dan berwibawa.
Pada kesempatan tilik masyarakat suku Samin tersebut,
Gubernur Jatim yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama
tersebut ditetapkan sebagai warga kehormatan Sedulur Sikep Samin oleh tetua
adat yg sangat menghormati budaya lokal.
Dalam hal pelestarian alam, misalnya budaya Samin menjunjung
penghormatan atas pentingnya budi luhur,
penghormatan atas kesamaan derajat manusia atau apa yg disebut sebagai
local wisdom yang tak terkira nilai positifnya.
Samin adalah komunitas local believes and positif character.
Beberapa ajaran Samin dimaknai dengan segala variasinya. Beberapa ahli luar
negeri dan dalam negeri memunculkan beberapa buku mengenai masyarakat ini.
Beberapa keyakinan dan amalan yang sangat relevan dengan kehidupan modern yang
mencerabut kearifan lokalal.
Pertama ojo drengki, maknanya, masyarakat Samin tidak boleh
membenci satu dengan lainnya. Masyarakat Samin tak boleh membenci tetangganya
dan bahkan membenci siapapun. Tentu ini sangat relevan dengan Dasar Negara Pancasila khusunya Sila
Persatuan serta ajaran akhlakul karimah yang diwajibkan di semua agama. Dengan
kata lain spiritualitas masyarakat Samin yang oleh sebagian masyarakat modern
disebut tertinggal itu ternyata mungkin lebih unggul dalam moral dibanding
masyarakat modern yg punya sikap apatis dan budaya saling memakan.
Kedua, ajaran Samin berbunyi Ojo meri. Masyarakat Samin
sangat unggul dalam kaitan untu berusaha tidak punya sifat iri hati kepada
orang lain. Misalnya mereka tak boleh iri bila ada tetangganya punya kebun
lebih luas dari keluarganya, dan boleh orang lain memiliki tanah sawah lebih
luas dari dirinya. Hal yang ditolak oleh masyarakat Samin bukan luasnya tanah,
tapi sikap menindas oleh orang kaya atas orang miskin.
Dalam konteks modern, ajaran ini adalah sesuatu nilai yg
harus dihidupkan lagi, karena ini sesuai dengan ajaran agama apapun.
Sengketa dagang, konflik politik dan kegalauqn rakyat atas
perilaku pemerintahan di era modern ini jangan jangan kurang belajar dari
ajaran Samin ini. Acapkali kita kita yang mengaku sebagai bangsa maju beradab
ini bersikap sebaiknya dan menghasilkan kacaunya nilai nilai kebersamaan dan
keadilan ekonomi. Rusaknya tata nilai modernitas sekarang ini mungkin karena
faktor kelalaian menguatkan nila luhur ini.
Ketiga Ojo srei. Orang Samin tak boleh berselisih dan tak
boleh saling saling memfitnah satu dengan lainnya. Masyarakat Samin selama ratusan tahun hidup
dalam harmoni. Jarang terdengar percekcokan yg berakhir dengan tawuran apalagi
saling bunuh karena fitnah dan penyebar hoax. Fenomena hoax di dalam Pemilu dan
Pilkada di era bangsa maju sekarang ini adalah lemahnya sikap ini. Masyarakat
modern kita sekarang ini sangat rentan dengan penyakit saling iri dan saling
dengki. Sesuatu yang harus diakhiri untuk menunju masyarakat damai.
Masyarakat Samin dulu sangat ulung dalam mengamalkan
harmonisasi masyarakatnya dengan contoh yang baik dari pemimpin adatnya. Semua
intrik dan dengki dapat dieliminasi karena mereka tak mau iri drwngki dan srei
ini. Masyarakat Samin yang aseli adalah masyarakat yg penuh hormat dan penuh
respek. Jangan jangan segala pertikaian yg terjadi akhir akhir ini karena kita
terjangkit penyakit tak saling respek tak saling hormat, saling menyalahkan dan
saling menyerang satu dengan lainnya.
Keempat; Ojo mbedog colong. Jangan ada pemaksaan dalam
masyarakat , jangan ada penindasan dalam ranah publik, dan jangan sampai ada
yang mencaplok hak hak dasar orang lain walau dibalut legalitas perijinan usaha
, perijinan penguasaan lahan pertanian dan lahan industri. Sesuatu yang jamak
terjadi dalam masyarakat modern sekarang ini.
Dalam konteks masyarakat modern dan ranah keadilan banyak
ketidak kesembangan dimana hak rakyat diperkosa oleh pemilik modal raksasa,
kita tahu persoalan kita tahu, di ranah sosial ekonomi adalah sistem yang
memaksa atas nama legalitas perijinan usaha dan pengelolaan tambang dan
penguasaan sumber kekayaan negara menjadi asal muasal ketimpangan.
Di ranah perjuangan keadilan dan kesejahteraan rakyat, kita
perlu mencontoh sikap masyarakat Samin yang hidup adil dalam tatanan masyarakat
yang harmonis.
Sikap yang adil dalam ranah ekonomi sebagaimana yg dilakukan
selama ratusan tahu di masyarakat Samin bagus untuk contoh menuju implementasi
pasal 33 UUD 1945 yaitu Bumi Air Serta Kekayaan yang Terkandung di Dalamnya
Dipelihara Oleh Negara dan Dipergunakan untuk Sebesar besarnya Kemakmuran
Rakyat.
Dalam ranah masa kini, fenomena kepemilikan lahan yang
terlalu luas dan penggunaan bumi air dan kekayaan di dalamnya yang tek terkira
dampaknya buruknya. Butuh pemikiran kembali. Kita butuh terobosan moral untuk
menuju keadilan sosial. Jangan sampai pemilik modal bisa memaksa maksa pekerja
dan masyarakat mengikuti kehendaknya. Jangan sampai ada yang mbedog colong.
Kelima,
Ojo tukar padu. Masyarakat Samin tak boleh bermusuh musuhan.
Tak boleh saling ancam dan saling serang. Ajaran ini sejak ratusan tahun lalu
masih sangat kuat tertanam dalam masyarakat Samin. Ajaran ini sangat relevan
sebab menurut banyak penelitian sosial, tingkat kohesivitas masyarakat
Indonesia terutama mereka yang hidup di perkotaan lama kelamaan terus tergerus.
Sikap harmoni, sikap gotong, sikap toleransi dapat dikatakan semakin lama
semakin menipis. Sikap toleransi diancam oleh sikap ananiyah atau kelompok yang
mengental. Kasih sayang antar sesama ummat beragama dikatakan oleh banyak tokoh
sedang memudar. Hancur oleh anarkisme pamaksaan madhab dan munculnya sikap
radikalisme di berbagai kelompok bahkan kelompok agama. Menurut analisis Badan
Intelejen Negara ( BIN ) sikap radikalisme yg menguat bahkan bisa mengancam
kebhinnekaan dan keberadaan NKRI
Keenam; Ojo pekpinek barange liyan, tak boleh mengambil hak
orang lain. Kasus pencurian, penggelapan, kasus penipuan dan beberapa kasus
korupsi besar dan korupsi yg dilakukan oleh para pejabat negara, anggota dan
pimpinan DPR- DPRD di berbagai wikayah dan tingkatan, serta penyelenggara
negara yang korup juga berawal dari kurangnya sikap nerima ing pandum. Korupsi
adalah lawan dari pek pinek barange liyan.
Dalam konteks pemerintahan, perdagangan serta pengembangan
bisnis, rupanya kita mesti banyak belajar dari masyarakat Samin yang meletakkan
kejujuran sebagai syarat menuju perbaikan tatanan kebangsaan, tercapainya cita
cita kenegaraan yang adil dan sejahtera, menuju pemerintahan yang bersih,
berintegritas dan berwibawa. Nilai ini sangat dibutuhkan sebagai dasar
pembangunan ekonomi dan kemasyarakatan yang berkeadilan sosial.
Ketujuh dan ke delapan; Ojo nganggo peci, lan Ojo Sekolah.
Artinya pemimpin masyarakat Samin dulu memang melarang warganya untuk meniru
dan hanyut terhadap pengaruh budaya lain yg tak seirama dengan kearifan lokal masyarakatnya.
Peci saat itu adalah lambang modernitas dan lambang kekuatan
luar. Samin adalah lambang kemandirian, mereka memakai baju adat sendiri,
mereka cukup dengan pakaian dan peralatan rumah tangga bikinan sendiri, makan
dari hasil kebun dan pertanian sendiri, dan memakai udeng udeng warna gelap
seragam dengan warna sarung dan bajunya.
Mereka total dan tak mau kompromi dengan budaya lain terutama
yang dipaksakan oleh Belanda. Ojo sekolah, konyeks maknanya waktu itu kira kira
untuk membentengi kerusakan dan penyerangan ideologi melalui kurikulum sekolah
Belanda .
Samin Surosentiko saat mengalami ancaman dari berbagai segi
merasa betapa pada jaman Belanda beberapa anak muda diseret untuk disekolahkan
Belanda untuk kepentingan kemajuan. Mereka akan habis local wisdomnya bila
dikirimkan sekolah ke Belanda.
Pak Samin berkilah bahwa kita bisa sekolah moral di sini
saja dan melarang anak anak muda yang gabung Belanda untuk sekolah. Ini adalah
sikap tidak kompromi terhadap pemaksaan Belanda. Ini adalah semacam larangan
untuk keluar kampung dan keluar dari komunitas untuk keperluan yangg lama.
Batin Samin mengatakan ini pasti untuk menyerang mereka dari dalam
Kesembilan. Ojo wayuh, jangan ada masyarakatku yang berikap
mendua. Jangan sekali kali berbohong. Jangan dusta. Jangan khianat. Kalau iya,
bilang saja iya dan melaksanakan bicaranya jangan kalau tidak bilang saja
tidak. Jangan ada tipu daya, jangan hanya manis di lidah. Turunan dari sikap
ini adalah Ojo waton ngomong, jangan hanya pandai berjanji saja tanpa bukti
nyata.
Seribu satu ajaran Samin kalau dirunut runut adalah ajaran
kebaikan. Berbagai ajaran Samin memang tak berbungkus agama atau Pancasila.
Namun bagi kita orang yang beragama dan Pancasilais, ajaran dan sikap itu sangat relevan dengan ajaran
kitab suci dan ajaran Nabi nabi dan Rasul Allah SWT.
Memang Pak Samin Suro Sentiko bukanlah penasehat BPIP, beliau tak pernah mengatakan bahwa dirinya
adalah penghulu dari agama tertentu, bukan pula pimpinan organisasi terbesar
atau juga bukan guru besar. Namun untuk beberapa hal, kita harus jujur, mau
belajar kepadanya akan perlunya dan keharusan kesatuan antara kata dan
perbuatan.
Wallahu a'lam
M. Mas'ud Said,
Pembina Mas'ud Said Institute
Pembina Mas'ud Said Institute
Direktur Pascasarjana Unisma, Anggota Dewan Pakar Pemerintah
Propinsi Jawa Timur